LAPORAN HASIL PRAKTIKUM BIOLOGI
ZAT PENYUSUN TULANG KERAS
Disusun oleh : Kelompok 2
Nama : 1. Iza Zulekha
2. Nana Resti Prihatin
3. Nina Astuti
4. Ulfatul Latifah
Kelas : XI IPA 3
DINAS
PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA
UPTD SMA
NEGERI 1 BOJONG
Jl. Raya Tuwel, Kec. Bojong, Kab. Tegal Kode
pos 52466
No. Hp ( 0283 ) 3336237 E – mail : smansabo@indo.net.id
Tahun pelajaran 2013 / 2014
Pendahuluan
TULANG
Menurut bahan pembentuknya, tulang dapat dibedakan menjadi
tulang rawan (KARTILAGO) dan tulang keras (= tulang/OSTEON).
Tulang rawan bersifat lentur, tersusun atas sel-sel tulang rawan (KONDROSIT) yang mensekresikan matriks (KONDRIN) berupa hialin atau kolagen. Rawan pada anak berasal dari mesenkim dengan kandungan kondrosit lebih banyak dari kondrin. Sebaliknya, pada orang dewasa kondrin lebih banyak dan rawan ini berasal dari selaput tulang rawan (PERIKONDRIUM) yang banyak mengandung KONDROBLAS (pembentuk kondrosit).
Tulang rawan pada dewasa antara lain terdapat pada cincin batang tenggorokan dan daun telinga.
Pembentukan tulang keras berawal dari kartilago (berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi oleh OSTEOBLAS (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk SISTEM HAVERS. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras.
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau OSIFIKASI. Jenis osifikasi adalah DESMAL dan KONDRAL. Kondral meliputi PERIKONDRAL dan ENKONDRAL.
Tulang Keras atau Osteon terbagi menjadi
- Tulang panjang (tulang pipa)
- Tulang pipih
- Tulang pendek
- Tulang pneumatika
Tulang Pipa terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
- Bagian ujung yang disebut EPIFISE.
- Bagian tengah yang disebut DIAFISE.
Di pusatnya terdapat rongga yang berisi sumsum tulang. Rongga terbentuk karena aktivitas OSTEOKLAS (perombak tulang).
- Di antara epifise dan diafise terdapat CAKRAM EPIFISE (DISCUS EPIPHYSEALIS). Cakram ini kaya akan osteoblas dan menentukan pertumbuhan tinggi.
Sumsum Tulang ada dua jenis yaitu :
1. Sumsum tulang merah (MEDULLA OSSIUM RUBBA)
2. Sumsum tulang kuning (MEDULLA OSSIUM FLAVA)
Tulang rawan bersifat lentur, tersusun atas sel-sel tulang rawan (KONDROSIT) yang mensekresikan matriks (KONDRIN) berupa hialin atau kolagen. Rawan pada anak berasal dari mesenkim dengan kandungan kondrosit lebih banyak dari kondrin. Sebaliknya, pada orang dewasa kondrin lebih banyak dan rawan ini berasal dari selaput tulang rawan (PERIKONDRIUM) yang banyak mengandung KONDROBLAS (pembentuk kondrosit).
Tulang rawan pada dewasa antara lain terdapat pada cincin batang tenggorokan dan daun telinga.
Pembentukan tulang keras berawal dari kartilago (berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi oleh OSTEOBLAS (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas membentuk osteosit (sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh darah dan serabut saraf membentuk SISTEM HAVERS. Matriks akan mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras.
Proses pengerasan tulang disebut penulangan atau OSIFIKASI. Jenis osifikasi adalah DESMAL dan KONDRAL. Kondral meliputi PERIKONDRAL dan ENKONDRAL.
Tulang Keras atau Osteon terbagi menjadi
- Tulang panjang (tulang pipa)
- Tulang pipih
- Tulang pendek
- Tulang pneumatika
Tulang Pipa terbagi menjadi 3 bagian yaitu :
- Bagian ujung yang disebut EPIFISE.
- Bagian tengah yang disebut DIAFISE.
Di pusatnya terdapat rongga yang berisi sumsum tulang. Rongga terbentuk karena aktivitas OSTEOKLAS (perombak tulang).
- Di antara epifise dan diafise terdapat CAKRAM EPIFISE (DISCUS EPIPHYSEALIS). Cakram ini kaya akan osteoblas dan menentukan pertumbuhan tinggi.
Sumsum Tulang ada dua jenis yaitu :
1. Sumsum tulang merah (MEDULLA OSSIUM RUBBA)
2. Sumsum tulang kuning (MEDULLA OSSIUM FLAVA)
B. PENGAMATAN
ZAT PENYUSUN TULANG KERAS
A.
Tujuan
Mengidentifikasi
zat penyusun tulang keras
B.
Alat
dan Bahan
1.
Tulang
paha ayam segar
2.
Larutan
HCl dengan konsentrasi 30%
3.
Air
4.
Gelas
plastik
5.
Pinset
6.
Cawan
petri
7.
Kain
lap
C.
Cara
Kerja
1.
Bersihkan
sisa daging yang melekat pada tulang paha ayam.
2.
Patahkan/potonglah
paha ayam menjadi 2 bagian agar bagian dalam tulang mudah diamati.
3.
Amati
keadaan paha ayam sebelum perendaman dengan larutan HCl, misalnya kekerasannya,
kelenturannya, dan warnanya. Catatlah hasil pengamatan pada tabel pengamatan.
4.
Larutkan
100 ml larutan HCl 30% di gelas plastik dengan air 200 ml sehingga mendapatkan
larutan HCl sebanyak 300 ml dengan kadar HCl sebanyak 10%.
5.
Rendamlah
tulang tersebut ke dalam gelas plastik yang berisi larutan HCl selama 1 jam.
6.
Setelah
1 jam, angkatlah tulang dari larutan HCl menggunakan pinset. Bilaskan dengan
air, keringkan dengan kain lap dan letakkan pada cawan petri.
7.
Amati
dan catatlah perubahan yang terjadi pada tulang ayam tersebut. Catatlah hasil
pengamatan Anda pada tabel hasil pengamatan berikut :
D.
Tabel
Hasil Pengamatan
No
|
Keadaan Tulang
|
Sebelum Direndam Larutan HCl
|
Setelah Direndam Larutan HCl
|
1
|
Warna
|
Putih kekuningan
|
Putih pucat
|
2
|
Kekerasan
|
Sangat keras
|
Lebih lunak, agak rapuh
|
3
|
Kelenturan
|
Tidak
|
Lebih lentur
|
4
|
Keadaan bagian dalam
|
Berwarna merah, lunak
|
Isi tulang berhamburan
keluar, berwarna merah
pucat/cokelat
|
Sebelum direndam larutan HCl Tulang
direndam larutan HCl
Sesudah
direndam larutan HCl
![]() |
|||
E.
Pembahasan
Pembahasan
Tulang paha ayam berdasarka
bentuknya termasuk tulang pipa karena berbentuk seperti pipa dan berdasarkan
sifatnya termasuk kedalam tulang keras karena sifatnya yang keras. Mengapa
tulang paha ayam cenderung lunak setelah direndam larutan HCL? Karena asam
klorida (HCl) memiliki kecenderungan untuk melarutkan unsur-unsur seperti
kalsium (Ca). Jadi kalsium pada tulang semakin sedikit karena terlarut dalam
asam (larutan berubah berwarna keruh) dan tulang akan menjadi lentur/lunak
karena kandungan Ca pada tulang yang semakin sedikit.
Letak tulang
keras dan tulang rawan :
Tulang rawan dapat berubah (berkembang)
menjadi tulang keras. Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
Pembentukan tulang
disebut dengan osteogenesis atau osifikasi. Peristiwa osifikasi ini berlangsung
pada dua tempat,yaitu: (1) langsung di dalam mesenkim yang vaskular, dan (2)
ditengah daerah osifikasi tulang rawan sebagai model tulangmendatang.
Perkembangan tulang (osifikasi)dapat berubah bentuk sesuai
tingkatpertumbuhannya. Proses ini terjadi setelah terbentuk
tulang rawan(kartilago). Kartilago dihasilkan dari sel-sel embrional
(mesenkim). Setelahkartilago terbentuk, bagian dalamnya akan berongga dan
terisi olehosteoblas. Osteoblas juga menempati seluruh jaringan tulang
danmembentuk sel-sel tulang keras (osteosit).Sel-sel tulang dibentuk dari arah
dalam ke arah luar (konsentris). Setiap satuan sel tulang mengelilingi suatu
pembuluh darah dan saraf yangakan membentuk suatu sistem yang disebut
sistem Havers. Pada bagiantengah sistem Havers terdapat saluran Havers yang
berisi pembuluh darahkapiler. Tiap sistem terdiri atas tabung-tabung tipis
lamela yang semakin ketengah ukurannya semakin kecil. Tiap lamela mengandung
lakuna (celah)yang berisi osteosit. Di sekeliling sel-sel tulang terbentuk
senyawa proteinyang akan menjadi matriks tulang. Senyawa protein ini juga
mengandungsenyawa kapur dan fosfor sehingga matriks tulang mengeras.
Perbedaan
struktur tulang keras dengan tulang rawan!
No
|
Tulang Keras (Osteon)
|
Tulang Rawan (Kartilago)
|
1
|
Tersusun teratur yang membentuk sistem
Havers
|
Tersusun tidak teratur
|
2
|
Bersifat keras, kuat dan kaku
|
Sifatnya lentur dan elastis
|
3
|
Selnya osteosit
|
Selnya kondrosit
|
4
|
Matriksnya tersusun atas kalsium dan
fosfat
|
Matriksnya tersusun atas kondrin
|
5
|
Terdapat pada tulang pipa, tulang
pipih,
tulang pendek, dan tulang tidak
beraturan
|
Terletak di daun telinga, hidung,
sendi,
sambungan tulang belakang, dll
|
6
|
Berasal dari jaringan ikat embrional,
perikondrium
|
Berasal dari osifikasi tulang rawan
(kartilago)
|
F.
Kesimpulan
Struktur
tulang keras dan tulang rawan memiliki perbedaan pada unsur penyusunnya.
Perbedaan inilah yang memberikan identitas yang mencolok pada tulang tersebut
yaitu tulang rawan yang sifatnya lentur dan tulang keras yang sifatnya padat
dan liat seperti semen. Namun tulang rawan dapat berubah menjadi tulang keras
seiring dengan adanya pertumbuhan yang dialami oleh makhluk hidup tersebut.
Perubahan ini dimaksudkan agar tulang tetap dapat menjalankan fungsi-fungsinya.
Seperti halnya pada tulang rangka bayi yang masih berupa kartilago hialin. Jika
kartilago tersebut tidak mengalami pengerasan (Osifikasi), maka tentulah alat-alat
tubuh yang vital seperti jantung dan paru-paru tidak terlindungi dengan baik.
Oleh karena itulah terjadi proses osifikasi.
G.
Unjuk
Kreativitas
Lakukan
kegiatan di atas menggunaka larutan cuka. Amati perubahan yang terjadi pada
tulang.
![]() |
TERIMA KASIH


1 komentar:
ok......lanjutkan fighthing!
Posting Komentar